LEMBAGA Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan mendirikan "space port" atau lokasi peluncuran roket pendorong satelit di Pulau Biak, Papua.
Pulau Biak dipilih karena sangat strategis sebagai lokasi peluncuran stelit, kata Sekretaris Utama Lapan, DR. Bambang Koesoemanto usai seminar "Diseminasi Perkembangan Roket dan Satelit di Indonesia" di kantor Lapan, Jakarta, Rabu.
Secara teritorial, kata Bambang, Pulau Biak berhadapan langsung dengan samudera luas sehingga proses peluncuran roket yang akan dilakukan diperkirakan tidak akan mengganggu negara lain.
Jika roket pendorong satelit itu diluncurkan, serpihan atau benda-benda yang jatuh dari dari proses peluncuran itu akan jatuh ke laut, tidak mengenai negara lain, termasuk wilayah Indonesia.
Selain itu, Pulau Biak juga terletak di di area "ekuatorial" sehingga dorongan roket peluncur satelit lebih kuat dan mampu mengantar alat pemantauan di angkasa ke antariksa.
Bambang menyatakan pihaknya telah mengajukan rencana pendirian "space port" atau lokasi peluncuran roket pendorong satelit di Pulau Biak itu ke DPR yang ternyata memberikan dukungannya.
"DPR mendukung rencana (pembuatan space port di Biak) itu," katanya.
Meski demikian, menurut Deputi Teknologi Dirgantara Lapan, Dr. Ing. Soewarto Harhienata, program itu belum dapat direalisasikan saat ini karena masih banyak hal yang perlu disiapkan.
Diantaranya, kata dia, perlu dibuat peraturan dari pemerintah agar pendirian lokasi peluncuran roket pendorong satelit di Biak itu memiliki landasan hukum.
Selain itu, rencana tersebut perlu disosialisasikan kepada seluruh kalangan masyarakat. Termasuk pemerintah daerah dan masyarakat Papua agar tidak dipolitisasi dan "dipelintir" dengan hal yang tidak benar.
"Masalah teknologi (dalam pembuatan lokasi itu) tidak ada masalah tapi perlu disosialisasikan," katanya.
Pulau Biak dipilih karena sangat strategis sebagai lokasi peluncuran stelit, kata Sekretaris Utama Lapan, DR. Bambang Koesoemanto usai seminar "Diseminasi Perkembangan Roket dan Satelit di Indonesia" di kantor Lapan, Jakarta, Rabu.
Secara teritorial, kata Bambang, Pulau Biak berhadapan langsung dengan samudera luas sehingga proses peluncuran roket yang akan dilakukan diperkirakan tidak akan mengganggu negara lain.
Jika roket pendorong satelit itu diluncurkan, serpihan atau benda-benda yang jatuh dari dari proses peluncuran itu akan jatuh ke laut, tidak mengenai negara lain, termasuk wilayah Indonesia.
Selain itu, Pulau Biak juga terletak di di area "ekuatorial" sehingga dorongan roket peluncur satelit lebih kuat dan mampu mengantar alat pemantauan di angkasa ke antariksa.
Bambang menyatakan pihaknya telah mengajukan rencana pendirian "space port" atau lokasi peluncuran roket pendorong satelit di Pulau Biak itu ke DPR yang ternyata memberikan dukungannya.
"DPR mendukung rencana (pembuatan space port di Biak) itu," katanya.
Meski demikian, menurut Deputi Teknologi Dirgantara Lapan, Dr. Ing. Soewarto Harhienata, program itu belum dapat direalisasikan saat ini karena masih banyak hal yang perlu disiapkan.
Diantaranya, kata dia, perlu dibuat peraturan dari pemerintah agar pendirian lokasi peluncuran roket pendorong satelit di Biak itu memiliki landasan hukum.
Selain itu, rencana tersebut perlu disosialisasikan kepada seluruh kalangan masyarakat. Termasuk pemerintah daerah dan masyarakat Papua agar tidak dipolitisasi dan "dipelintir" dengan hal yang tidak benar.
"Masalah teknologi (dalam pembuatan lokasi itu) tidak ada masalah tapi perlu disosialisasikan," katanya.
Mantabss gan , , makin maju aja Negara Kita ini . . .