Welcome To MOZAIC DUNIA . .

"Temukan sisi lain dari dunia ini , , temukan beragam keunikannya dan kau akan lebih amaze dengan dunia-mu . . ."
:)

Senin, 13 Desember 2010

Gamelan Bali Memukau New York !!


Parade Gong Kebyar adalah pagelaran unggulan Pesta Kesenian Bali (PKB) yang sangat digandrungi masyarakat penonton. Seni pentas yang selalu mengundang heboh di arena PKB itu menampilkan tim kesenian duta masing-masing kabupaten/kota. Tapi kali ini, dalam PKB ke-32 yang baru saja usai, sekelompok penabuh dan penari warga Amerika Serikat, dihadirkan sebagai pendamping utusan Gong Kebyar Kabupaten Jembrana. Grup gamelan Dharma Swara yang bermarkas di New York mengundang decak kagum penonton dengan sajian tabuh Bangun Anyar, tari Kebyar Legong, tabuh kreasi Sikut Sanga, dan pragmen Pewayangan Sudamala.

Kamis (8/7) malam itu, panggung terbuka Ardha Candra yang berkapasitas 5.000 orang penuh sesak. Para penabuh Gong Kebyar Kabupaten Jembrana yang diwakili oleh insan-insan seni Desa Dauh Waru bersiap unjuk kebolehan berhadapan dengan para penabuh kulit putih dari Negeri Paman Sam. Hanya, jika para penabuh Kabupaten Jembrana semuanya laki-laki (karena memang merupakan parade Gong Kebyar kategori pria dewasa), sedangkan para penabuh New York terdiri dari campuran pria dan wanita. Para penabuh Dauh Waru tampil kenes dengan kostum warna merah kombinasi kuning dan para penabuh Dharma Swara tampil dengan baju biru dan udeng songket merah hati.

Sepanjang pementasan secara mabarung tersebut, penonton terpana. Ternyata, sajian seni pentas tim kesenian New York itu tak kalah dahsyatnya dengan para seniman wakil Bali. Keterampilan menabuh yang ditunjukkan oleh Dharma Swara tampak sigap dan tangkas di semua lini instrumen. Pemain gangsa-nya yang kebanyakan kaum wanita bermain gesit, luwes dan lincah menggoyang panggul. Secara tim, mereka juga mampu menyuguhkan komposisi gending yang rapi. Simaklah ketika mereka mengawali penampilannya dengan konser Tabuh Pisan Bangun Anyar. Tabuh lelambatan karya empu karawitan Bali, I Wayan Beratha, tahun 1978 ini dikumandangkan begitu anggun dan apik. Penonton melongo takjub.

Kebolehan yang patut diacungi jempol pada penekun gamelan dan tari dari daratan Amerika bagian timur ini adalah ketika mereka menampilkan tari Kebyar Legong, tari ciptaan tahun 1915. Tak kurang dari 40 menit penonton diayun oleh karakter maskulin dan feminin dari tari ciptaan Pan Wandres dari Bali Utara ini. Iringan gamelannya yang sarat dinamika dan kaya ekspresi disajikan para penabuh berkulit putih itu dengan penuh gairah.

Empat orang penari, Shoko Yamamuro, Phoebe Dawkins, Noopur Singha, dan Ida Ayu Ari Candrawati (penari Bali yang tinggal di New York) membawakan Kebyar Legong dengan olah estetika tubuh yang mantap. Untuk penampilan tari Kebyar Legong ini, mereka tak main-main. Pada Juli 2009, beberapa orang anggota gamelan Dharma Swara khusus datang ke Bali untuk belajar iringan gamelan tari ini pada cucu Pan Wandres, I Made Keranca.

Sajian Kebyar Legong dari Dharma Swara patut diapresiasi dengan haru. Betapa tidak. Tari yang menjadi acuan utama I Gede Manik saat menyusun tari Tarunajaya tersebut, kini semakin jarang dapat disimak penonton. Bahkan di tempat kelahiran tari ini di Bali Utara, sangat jarang dipentaskan. Kiranya, hanya segelintir penari muda Bali yang mampu membawakan Kebyar Legong. Ironisnya, para penari yang dapat dijadikan nara sumber, kian sepuh dan langka. Demikian pula iringan gamelannya, tak begitu banyak penabuh tahu secara utuh detail-detail komposisinya yang rumit dan ramai aksentuasi. Biasanya, memerlukan latihan yang khusus bila akan memainkan tabuh iringan tari ini.

Kebyar Legong yang disuguhkan grup gamelan dan tari dari Amerika itu, sudah tentu menggugah masyarakat Bali terhadap ekspresi artistik karya para maestro terdahulu. Sebab, Kebyar Legong adalah salah satu karya agung yang menjadi tonggak penting awal berbinarnya gamelan Kebyar yang menggeliat fleksibel dalam kancah kesenian dan ritual keagamaan masyarakat Bali. Seperti kita ketahui, Gong Kebyar yang hampir dimiliki oleh setiap banjar atau desa tersebut, perkembangannya kini, secara kuantitas dan kualitas, semakin semarak. Penyebarannya bukan hanya di Bali dan kota-kota besar di Indonesia namun telah mendunia. Perkembangan tata garap musikalnya pun bukan hanya mengawal gending-gending klasik namun juga kian kreatif dan progresif berkontekstualisasi dengan perkembangan zaman.

Tari Kebyar Legong yang tak bisa dipisahkan dengan perkembangan awal Gong Kebyar juga mencerminkan aspek estetik fisikal dan muatan spirit mental yang lentur terhadap perkembangan zaman. Simaklah koreografi tari ini yang merepresentasikan karakteristik seni Bali Utara (kebyar) dan Bali Selatan (legong). Secara artistik konseptual, tari ini sebagian menampilkan unsur-unsur kebyar yang cepat, energik, dan dinamis serta sebagian lagi memasukkan unsur-unsur legong yang lembut, luwes, dan anggun. Konsep artistik perpaduan kebyar dan legong dalam tari Kebyar Legong tersebut seakan melontarkan pesan mengakuan terhadap keragaman ekspresi seni dan budaya Bali, yang kini semangatnya dapat dikontekstualisasikan secara lebih luas, baik dalam kancah kesenian maupun dalam interaksi antar budaya.

Sebagai ekspresi artistik budaya, kesenian Bali kini diapresiasi masyarakat mancanegara. Grup Dharma Swara New York telah menunjukkan kepada masyarakat penonton betapa mereka begitu respek terhadap nilai estetika dan dimensi kultural dari gamelan dan tari Bali. Selain tampil di arena PKB, dengan antusias nan bahagia mereka pentas berkeliling Bali seperti di Jagaraga (Buleleng), Kerambitan (Tabanan), Tulikup (Gianyar) dan Ubud. Kesempatan pentas di tengah masyarakat Bali ini juga dipakai kesempatan untuk memberikan penghormatan dan sekaligus menawarkan kreativitas seni dengan mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan musikal pada gamelan. Andy McGraw, salah satu anggota Dharma Swara yang telah lama belajar gamelan di Bali, menjelajahi nada-nada Gong Kebyar dalam bingkai musik eksperimental yang diberi judul "Sikut Sanga", menghidangkannya pada masyarakat Bali untuk dicicipi.

Hidangan konser gamelan dan pentas tari Dharma Swara New York di Bali tampaknya dinikmati lahap masyarakat penonton. I Nyoman Saptanyana, komposer alumnus ISI Denpasar yang sejak tahun 2001 membina Dharma Swara, merasa bersyukur atas perhatian tinggi masyarakat Bali terhadap penampilan pecinta gamelan dan tari Bali warga Amerika itu. Saptanyana yang juga staf konsulat RI New York mengungkapkan, kesukacitaan itu dirasakan oleh 28 orang penabuh dan penari Dharma Swara yang datang ke Bali dengan biaya sendiri-sendiri. Apresiasi tulus masyarakat Bali tersebut, tentunya, kata Saptanyana, semakin memompa semangat Dharma Swara mengibarkan kesenian Bali, budaya luhur Indonesia, di negerinya Barack Obama. *Kadek Suartaya (Sumber: Bali Post dengan judul berita "Pesona Kebyar Legong Seniman Paman Obama")

1 komentar:

Bagaimana menurut anda dengan tampilan dan isi Blog saya ??

Powered By Blogger